Adu Spek Dua Sepeda MTB dengan Frame Karbon

Kali ini saya akan menampilkan spek dua sepeda MTB dengan frame berbahan karbon yang selisih harganya tidak terlalu jauh. Kedua sepeda MTB itu adalah United Kyross 1.10 (2020) dan Pacific Armour DX. Dua sepeda MTB ini sudah cukup mumpuni dan layak dimiliki (buat yang punya uang lebih}. Kedua sepeda ini juga sudah mengadopsi platform Thru Axle (TA) dan boost.

United Kyross 1.10 (2020)
Pacific Armour DX

Kalo menurut saya pribadi, kalo disuruh milih antara dua sepeda MTB ini, saya lebih memilih Pacific Armour DX dengan beberapa pertimbangan yang tentunya sangat subjektif berikut.

  1. Pacific Armour sudah dilengkapi drivetrain 12 speed yang tentu lebih fleksibel.
  2. Model frame yang berbeda karena berbentuk kotak. Dari segi estetika, model ini terlihat unik dan menarik.

Spesifikasi berikut saya ambil dari web resmi dari merek sepeda bersangkutan.

How Democracy Die (2)

Karena siapapun yang kita pilih dalam pilkada, pileg, dan pilpres, pada dasarnya yang menang dan menikmati demokrasi itu adalah oligarki

Anonym

Serius nih ada lanjutannya? 

Tiap mau pilkada atau pilpres, ogut selalu kepikiran pemilihan langsung setelah reformasi ini sebenarnya ngga jauh berbeda dengan pemilihan umum atau pemilu yang berbasis perwakilan di DPR/MPR.

Perbedaan paling signifikan tentu pemilihan langsung melibatkan rakyat secara langsung untuk memilih calon kepala daerah atau presiden, tidak lagi diwakili DPR/MPR.

Adapun persamaannya, calon kepala daerah atau presiden tetap ditentukan oleh partai politik. 

Kalo dulu parpol mengajukan calon untuk dipilih oleh wakil rakyat di DPR MPR melalui sidang istimewa, sekarang parpol juga yang mengajukan calon untuk dipilih secara langsung oleh rakyat melalui pilkada atau pilpres. 

Kalo ogut liat ini sih sami mawon alias sama saja, bukan? 

Kalo kita menganggap demokrasi kita sudah mengalami banyak perubahan dan kemajuan selama reformasi dengan menerapkan pemilihan langsung, pemikiran ini perlu dikaji ulang dan dipertanyakan.

Karena nyatanya secara praktik tidak jauh berubah.

Tetap saja, di tangan oligarki alias segelintir elit politik di tingkat parpol lah, kekuasaan politik itu berputar.

Jadi, kalo ada pihak yang merasa demokrasi saat ini baik-baik saja, bisa jadi mereka merupakan bagian dari oligarki politik tersebut.

Selama ini rakyat disuguhi dgn jargon demokrasi dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat, di mana rakyat katanya merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam demokrasi 

Tapi nyatanya?

Rakyat justru hanya jadi alat legitimasi semata

Karena semua skenario ada di tangan elit politik di tingkat parpol, Jadi hakikatnya oligarki lah yang tetap menjadi pemain utama dalam politik kita (apa? Kita lagi?) 

Rakyat yang pajaknya dipakai untuk membiayai parpol, membiayai pilkada, pileg, dan pilpres, nyatanya semata-mata hanyalah sebagai penonton dan alat legitimasi dari skenario politik oligarki? 

Entah apakah banyak pihak yang diuntungkan dan ikut menikmati demokrasi saat ini atau banyak juga yang ngga peduli juga pesimis, tapi kondisi ini mengkhawatirkan (masa sih?) 

Buat ogut pribadi, oligarki politik ini seperti hantu yg terus membayangi pada tiap gelaran pilkada, pileg, dan pilpres

Karena siapapun yang kita pilih, pada dasarnya yang menang dan menikmati demokrasi itu adalah oligarki

Satu lagi yang mengusik pikiran ogut adalah penggunaan istilah “hak pilih” yang penuh ambigu dan kerancuan

Pemilih seperti ogut dan antum hanya memiliki “hak pilih” yang artinya tidak ada “kewajiban” untuk menggunakan hak pilih itu

Justru yang punya “kewajiban” adalah orang yang terpilih untuk wajib memenuhi dan menunaikan janji2nya selama kampanye

Apalagi orang-orang yang terpilih menjadi wakil rakyat dan kepala daerah sudah mendapat fasilitas dari negara yang dananya berasal dari pajak rakyat

Nyatanya, justru saat rakyat tidak menggunakan hak pilih, stigma negatif lebih kuat terasa, dibandingkan stigma terhadap wakil rakyat atau kepala daerah/presiden yang tidak memenuhi kewajibannya dan janji-janjinya

Istilah golongan putih atau golput menjadi indikasi adanya stigma negatif terhadap mereka yang memilih untuk tidak menggunakan hak pilihnya tersebut.

Cap atau label pengkhianat pun harusnya juga bisa diberikan kepada peserta pemilu yang terpilih tapi tidak menjalankan kewajibannya.

Sekali lagi rakyat jadi korban dan oligarki yang menang.

How (could this not the way) democracy die?

How democracy die (1)

Sengaja ogut bikin tulisan berseri, biar bacanya ngga terlalu panjang 😇

Ogut awali tulisan ini dengan basmalah dan kutipan yang konon kabarnya berasal dari Lord Einstein 

Insanity is doing the same thing over and over again and expecting different results

Albert Einstein

Pilkada serentak sudah di depan mata.

Pilkada, sebagaimana pilpres dan pileg, dijadikan momen untuk adanya perubahan dan kehidupan yang lebih baik.

Benarkah? 

Jika benar, tentunya tiap perhelatan pilkada, pilpres, dan pileg diharapkan membawa kehidupan yang lebih baik.

Tapi nyatanya? 

Pilkada depok yang bakal ogut ikutin dengan sangat malas, hanya menghadirkan 2 paslon, sebagaimana pilpres 2019.

Kebetulan 2 paslon yang bertarung pernah sekubu saat pilpres, Idris Abdus Somad yang diusung PKS dan Pradi yang diusung Gerindra.

Keduanya juga berstatus petahana, Idris sebagai walkot dan Pradi sebagai wakil. 

Dua pihak yang tahun lalu bahu-membahu mempromosikan capresnya, sekarang jadi dua pihak yang justru saling berlawanan.

Inilah salah satu keunikan (atau justru kebobrokan 🤭) politik Indonesia yang pragmatis dan oportumis eh oportunis (bukan ideologis 🤭) 

Ogut katakan pilkada yang harus terpaksa diikuti dengan sangat malas, berdasarkan pertimbangan berikut. 

  1. Masih dalam masa pandemi di mana risiko penularan masih tinggi. Prokes belum sepenuhnya menjamin kita bisa terhindar dari penyakit (maaf bukan menakut-nakui) karena penularan masih terus terjadi
  2. Hanya ada 2 paslon yang kebetulan juga keduanya berstatus petahana di mana menurut penilaian ogut pribadi tidak punya track record yang mengesankan. Kondisi ini mengulang kondisi pilpres lalu yang kedua paslonnya juga tidak istimewa dan tidak membawa angin segar atau ide-ide baru.

Kondisi ini membuat ogut kecewa karena harapan untuk perubahan dan kondisi yang lebih baik masih jauh dari jangkauan

Hadirnya hanya 2 paslon ini kembali menegaskan wujud demokrasi yang hanya bertumpu pada ketersediaan logistik dan kekuatan konservatif tradisional yang tidak bisa didobrak oleh gagasan baru yang visioner dan reformis 

Salah satu cita-cita reformasi adalah kesempatan yang seluas-luas bagi tiap warga negara untuk ikut mengelola negara. Cita-cita ini sangat jauh dari kenyataan di mana kesempatan itu menjadi terbatas atw sengaja dibatasi hanya bagi mereka yang memiliki modal (logistik dan sosial) kuat.

Orang bilang, pemilik modal itu adalah oligarki. 

Sesuatu yang sangat mengecewakan ketika banyak orang-orang yang punya kemampuan dan potensi terhalang untuk menjadi pengelola negara akibat keterbatasan modal ini. 

Menurut ogut inilah salah satu indikasi “how democracy die” 

Dengan kondisi ini, sebagai warga negara yang sepeda/bike eh baik🤭, ogut tetap akan menggunakan “hak pilih” (bukan “wajib pilih” berarti ngga wajib dong tapi kenapa golput ngga boleh 🤭) tanpa berharap banyak

Ogut hanya akan menggunakan hak pilih tanpa perlu repot-repot ikut mendukung atau mengkampanyekan alias mempromosikan salah satu paslon.

Ogut masih ingat, 15 tahun lalu, ogut ikut aksi dukung-mendukung paslon yang ogut sadari sekarang itu semua hanyalah ilusi 🤭

15 tahun adalah waktu yang sangat panjang untuk membuat banyak perubahan tapi nyatanya tidak ada kemajuan dan perubahan yang signifikan selama waktu itu. 15 tahun status quo, tampaknya tidak berlebihan. Sayangnya, status ini akan bertambah menjadi 20 tahun status quo 🥱

Jadi, secara tidak langsung disadari atau tidak, sebagaimana Lord Einstein katakan di awal tulisan, selama ini kita (apa? kita? Elo aja keles🤭) sudah melakukan kegilaan (insanity) karena menyelenggarakan pilkada, pileg, dan pilpres (yang tidak kunjung membawa perubahan) tapi selalu berharap mendapat kehidupan yang lebih baik🤭

Tumbal Siluman Ular Penghuni Hutan Angker

(Cerita alternatif KKN di Desa Penari)

Ayu adalah seorang mahasiswi tingkat akhir di salah satu perguruan tinggi di jawa timur. Sebagai salah satu syarat untuk bisa lulus, Ayu harus melakukan KKN. Ayu pun merencanakan KKN ini bersama temannya Nur dan Widya.

Continue reading “Tumbal Siluman Ular Penghuni Hutan Angker”

Perbandingan 5 Sepeda MTB Kelas Menengah (Bag 2)

Kali ini ogut mau membandingkan 5 sepeda MTB kelas menengah yang sudah menggunakan group set Shimano Deore 2×10 dan 3×10 speed.

Kelima sepeda MTB ini memiliki kisaran harga 5-6 jutaan.

Group set Shimano Deore merupakan group set kelas menengah yang mendukung performa bersepeda yang lebih handal di semua medan baik datar maupun tanjakan.

Berikut ini perbandingan 5 sepeda MTB tersebut.

Continue reading “Perbandingan 5 Sepeda MTB Kelas Menengah (Bag 2)”

Perbandingan 5 Sepeda MTB Kelas Menengah

Kali ini ogut coba posting tentang sepeda MTB.

Postingan kali ini mencoba untuk membandingkan 5 sepeda MTB kelas menengah yang harganya 4-5 jutaan.

Sepeda yang dibandingkan di sini merupakan sepeda MTB full bike produksi dari 4 merek sepeda, yaitu Polygon, United, Thrill, dan Pacific.

Kesamaan dari kelima sepeda MTB ini adalah tingkat kecepatan atau giginya, yaitu semuanya memakai 2×9 speed. Atau, 2 gigi depan (front) dan 9 gigi belakang (rear).

Berikut ini perbandingannya.

Continue reading “Perbandingan 5 Sepeda MTB Kelas Menengah”

Dua Hal dari Tsunami Vulkanik Selat Sunda

Pertama-tama, ogut ingin menyampaikan duka cita sedalam-dalamnya atas musibah tsunami yang melanda wilayah pesisir Banten-Lampung pada malam 22 Desember 2018 lalu. Semoga korban yang meninggal mendapat tempat yang layak di sisi Tuhan dan korban yang selamat diberikan ketabahan dan mendapatkan pelayanan semestinya dari pihak berwenang. Amin.

Melalui tulisan ini, ada dua hal yang ogut perhatikan terkait fenomena “tsunami vulkanik” tersebut.

Continue reading “Dua Hal dari Tsunami Vulkanik Selat Sunda”

Hal-hal yang Bisa Dicontoh Mourinho dari Wenger

Mumpung masih anget-anget tai ayam, ogut coba bahas lagi masih seputar lengsernya Mou dari kursi manajer MU.

Kali ini ogut ada sedikit tips buat om Mourinho (emang elo siape woiii ngasih saran kepada pelatih top!!) terkait karir kepelatihannya yang belakangan ini boleh dibilang kurang moncer. Dua kali dipaksa resign dari posisi manajer klub besar tentu bukan hal yang baik-baik saja, bukan?

Continue reading “Hal-hal yang Bisa Dicontoh Mourinho dari Wenger”

Petuah Syeikh Dr. Aidh Al Qarni

Hati-hatilah bergaul dengan orang yang suka bersikap pesimis karena ketika engkau perlihatkan sekuntum bunga yang indah kepadanya maka yang dia lihat hanya duri durinya. Ketika engkau bawakan segelas air kepadanya, maka yang dia perhatikan hanya kotoran di dalamnya. Demikian juga, ketika engkau memuji kebaikan atau manfaat matahari di hadapannya maka yang ia rasakan hanya panasnya.

Ingatlah, carilah tiga tipe teman yang harus didekati dan miliki, kegembiraan, ketenangan dan semangat yang tinggi. Tiga musuh yang engkau harus jauhi, yaitu sifat pesimis, bimbang dan putus asa.

Untuk menjaga hatimu, berhati hatilah ikut dalam perkumpulan yang bertujuan mengobarkan permusuhan karena di dalamnya ajaran-ajaran agama akan dengan mudah diabaikan dan digadaikan. Selain itu, bergabung di dalamnya akan menghilangkan wibawa, dan menjatuhkan kehormatan.

– Aidh Al Qarni –

Kredit foto: http://duniabarubagus.blogspot.com/2014/11/biografi-syaikh-aidh-al-qarni.html?m=1